Lokasi pelabuhan terletak di teluk
Manado, di samping muara sungai Tondano. Kapal yang berlabuh di pelabuhan ini
umumnya terbuat dari kayu dan berukuran kecil. Merupakan salah satu pelabuhan
yang paling padat melayani penumpang tujuan Sangihe, Sitaro, dan Talaud, juga
Tobelo dan Ternate.
Pelabuhan Manado memiliki peranan
penting sebagai kekuatan marchant dan pertumbuhan ekonomi
daerah kepulauan di sekitarnya, juga daerah yang menjadi rute pelayaran seperti
Sangihe, Sitaro dan Talaud.
Di atas pelabuhan ini sejak tahun
2004 telah dibangun jembatan Soekarno, yang menghubungkan pusat kota dan
kawasan utara kota Manado. Dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan
kendaraan sebagai dampak perkembangan pembangunan dan kemajuan ekonomi kota
Manado.
Jalan
dan jembatan yang dibangun sejak 2004 dan direncanakan bisa difungsikan pada
2013 menghubungkan pusat kota dengan kawasan utara Manado. Jalan dan jembatan
ini menyusuri tepian pantai Manado dan menyeberangi sungai Tondano yang
bermuara di Teluk Manado, serta melewati beberapa lokasi menarik. Misalnya,
Pelabuhan Manado dan Pasar Bersehati yang lokasinya berada di atas jalan dan
jembatan Soekarno ini.
Memang
bila jalan dan jembatan ini difungsikan, ada sejumlah pemandangan menarik yang
bisa dinikmati warga Manado dan wisatawan yang berkunjung ke Sulut. Mulai dari
pemandangan pulau-pulau di depan kota Manado, seperti Pulau Manado Tua dan
Pulau Bunaken, yang menjadi ciri khas Manado, sampai suasana aktivitas
Pelabuhan Manado dan Pasar Bersehati. Juga suasana khas di muara Sungai
Tondano, sungai berpanjang 44 km yang outletnya berasal dari Danau Tondano.
Pelabuhan Manado sudah dikenal
sejak dulu. Orang Manado ada yang menyebutnya Bendar yang
artinya bandar atau kawasan di sekitar pelabuhan. Awal Maret 1797, kapal Her
Majesty’s Ship (HMS) Resistancedan HMS Orpheus di
bawah pimpinan Captain Henry Newcomber pernah berlabuh di pelabuhan Manado.
Ke arah laut, pelabuhan ini
berlatar belakang keindahan alam pulau Bunaken, Manado Tua, Siladen, Mantehage
dan pulau Naen. Ke arah selatan, mata akan tertuju ke kawasan B on B dan
Malalayang yang memiliki pantai indah dan pedagang kreatif lapangan (PKL) yang
menempati sabua bulu. Ke arah utara, mata akan disugukan
pemandangan menarik wisata alam gunung Tumpa, Molas, tanjung Pisok
dan Tongkaina. Berpotret dengan keindahan alam yang mengelilinginya sangat
menarik dari pelabuhan yang begitu ramai dan penuh cerita menarik ini.
Ke arah selatan, sekitar 100 meter
dari pelabuhan pernah dibangun benteng De Nederlandsche Vastiegheid.
Setelah diperbaiki, namanya diganti menjadi Fort Amsterdam.
Digunakan secara resmi tahun 1705. Diresmikan oleh gubernur Hindia Belanda,
Robertus Padtbrugge. Lalu dihancurkan oleh tentara sekutu tahun 1944, kemudian
bangunannya dibongkar oleh pemerintah pada tahun 1949-1950. Bekas bangunanya
sekitar kantor Polresta Manado di jalan Pierre Tendean/Boulevard.
0 comments:
Post a Comment