Perjalanan hidup seseorang mungkin dapat direncanakan, akan tetapi dalam menjalankan rencana tersebut seseorang dihadapkan berbagai pilihan dan terkadang pilihan itu tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Setiap orang boleh berencana, di atas segalanya kehendak Tuhan lah yang lebih berkuasa.

Pasar Beringharjo Yogyakarta



Pasar Beringharjo yang kita kenal sekarang pada awalnya adalah hutan beringin, tiga tahun setelah Perjanjian Gianti, wilayah pasar ini menjadi tempat transaksi ekonomi bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya. Pembangunan Pasar Beringharjo secara permanen di mulai pada awal tahun 1920 yang ditandai adanya bangunan yang sudah jadi pada tahun 1925.  Asal mula nama Beringharjo diberikan oleh Sri Sultan HB IX yang artinya membawa kesejahteraan. 


Pada saat ini, Pasar Beringharjo menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang besar untuk kawasan Malioboro. Bangunan bertingkat yang setiap lantanya diisi oleh  berbagai macam komoditas perdagangan, mulai dari konveksi, akseoris, sembako dan rempah-rempah. Pasar Beringharjo sudah menjadi salah satu tujuan wisata belanja bagi wisatawan yang berkunjung di  kota Yogya. Berbasiskan pasar tradisional serta berkolaborasi dengan gaya modern membuat pasar ini membawa banyak cerita bagi para pengunjung untuk kembali dan membawa teman-temannya berkunjung di sini lagi. Puncak kepadatan di Pasar Beringharjo biasanya terjadi di musim liburan dimana banyak wisatawan berbondong-bondong mengunjungi dengan berbagai macam kepentingan di sini dari belanja atau sekedar berjalan-jalan. 

Pintu gerbang Pasar Beringharjo dari sini kita bisa menemukan banyak pedagang pecel dengan ciri khas kursi panjang kayu dan payung-payung besar sebagai atap pelindung dari hujan dan panas. Masuk ke pintu gerbang kita akan menemukan sebuah rancang bangun tangga yang membawa pengunjung menuju lantai paling atas. Lantai dasar dari ruangan ini merupakan lorong panjang yang  menghubungkan dengan pasar Beringharjo di bagian timur, setiap sisi dari lorong ini dipenuhi dengan para penjual batik baik masih berbentuk kain ataupun pakaian jadi. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga miring dapat dijumpai di sekitar tangga berjalan pasar bagian barat.
Share on Google Plus

About Saifudien Djazuli

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment