Bunaken menjadi tersohor karena taman lautnya. Ditemukan tahun 1975. Alamnya yang tenang dan damai memberi nuansa lain dari siklus hidup rutin di tengah kota yang bising. Seakan-akan ada semacam tarikan yang tak terucapkan bagi mereka yang pernah menyaksikan bahwa hidup kembali ke alam demikian indahnya.
Kini, Bunaken tidak hanya menjadi milik penduduk pulau Bunaken yang mendiaminya, tapi telah menjadi aset nasional di bidang pariwisata dan telah menjadi milik semua orang yang mencintai kelestariannya.
Penduduk pertama kali yang mendiami pulau Bunaken berasal dari migrasi kerajaan Bowontehu di Manado Tua yang didirikan tahun 1400, yang wilayahnya meliputi pesisir utara semenanjung Minahasa, pulau Bunaken, Siladen, Mantehage, Naen, Talise, Gangga dan pulau Bangka.
Sekitar tahun 1850, penduduk di Tanjung Parigi berpindah ke arah tenggara, di tepi pantai yang berhadapan dengan kota Manado, lalu mereka mendirikan negeri baru dengan nama “Wunakeng”, yang disingkat dari kata “Kinawunakeng” yang artinya tempat tinggal.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata “Wunakeng” diubah menjadi Bunaken, yang disingkat dari kata “Pamunakeng” yang artinya tempat mendarat. Maksudnya orang-orang dari kerajaaan Bowontehu di Manado Tua mendarat dengan perahu di pulau yang sekarang ini disebut Bunaken.
Taman Nasional Laut Bunaken pertama kali ditemukan oleh kelompok penyelam yang melakukan ekspedisi penyelaman di Bunaken pada tahun 1975. Saat melakukan penyelaman, mereka diperingatkan oleh nelayan setempat bahwa di lautan yang diselami tersebut terdapat roh-roh jahat. Namun, para penyelam yang datang dari kota Manado tersebut tidak gentar.
Menurut penduduk setempat, roh-roh nelayan yang hilang dan mati di ujung gugusan karang di lokasi yang diselami sangat berbahaya. Sekelompok nelayan yang melarang mengamati para penyelam dengan perasaan kagum bercampur rasa takut ketika para penyelam mengenakan masker dan peralatan selam lainnya, lalu mereka masuk ke dalam air laut yang bening menuju ke dasar yang gelap dan menghilang di tepi jurang menuju ke dalaman laut yang misterius.
Para nelayan tradisional bersama masyarakat setempat memperhatikan gelembung-gelembung oksigen yang muncul dari kedalaman laut. Mereka berasumsi bahwa para penyelam tidak akan kembali dengan selamat. Beberapa saat kemudian rasa takut mereka berubah menjadi rasa kagum ketika melihat para penyelam muncul tanpa terluka, gembira dan tersenyum; lalu mereka berkerumun di dekat penyelam dan menanyai tentang hal-hal yang menakjubkan.
Para penyelam tidak melihat roh-roh sebagaimana yang diinformasikan nelayan, tetapi melihat makhluk laut yang mengagumkan, yang tidak pernah dilihat oleh para nelayan. Para penyelam menemukan ikan langka dan tumbuhan laut di dinding karang masih murni, sangat fantastis dengan hewan-hewan laut di dalam imajinasi mereka.
Menurut para ahli, kedalaman laut Bunaken sekitar 4.000 kaki yang dihuni lebih dari 2.000 spesies ikan dan terdapat sekitar 500 jenis gugusan karang yang tak pernah ditemukan sebelumnya, semuanya merupakan suatu jumlah yang lebih dari cukup bagi para penyelam menyaksikan keindahannya.
Ikan berwarna perak, biru, merah dan jenis ikan lainnya jumlahnya lebih dari cukup dan sangat menarik bagi yang biasa melihat ikan di akuarium. Siapa pun yang pernah atau ingin menyelam di Bunaken akan merasa betah menyaksikan ikan-ikan tersebut dari ukuran kecil sampai besar saling memberi makan di sepanjang tebing karang yang dramatis.
Setiap orang yang pernah ke Bunaken dan menyelam ke taman lautnya pasti akan berkata bahwa Taman Nasional Laut Bunaken merupakan “kerajaan bawah laut” yang fantastis, dipenuhi makhluk-makhluk laut yang mengherankan.
Keindahan alam bawah laut Bunaken dan sekitarnya melebihi keindahan dasar laut kepulauan Antilen Great Barrier Reef Australia dan Kanada Timur. Hal ini dibenarkan oleh penemu Taman Nasional Laut Bunaken tahun 1975 sekaligus pemilik Nusantara Diving Centre (NDC), Locky Tjipta Herlambang. “Saya pernah menyelam di beberapa taman selam di Eropa dan hampir semua taman laut di dalam negeri, namun sampai sekarang keindahan bawah laut Bunaken masih sulit dicari duanya,” ujarnya bangga. Hal senada diungkapkan oleh kepala Departemen Zoologi Museum Bernice Bishop Honolulu, Jack Randal, Ph.D. Pada tahun 1975 dan 1977, Randal sambil menyelam melakukan penelitian di Bunaken. “Saya sudah 38 tahun menghabiskan hidup saya menyelam dan menekuni perikanan daerah tropis di seluruh dunia. Sesungguhnya saya belum pernah masuk daerah terumbuh karang yang lebih spektakuler daripada di taman laut Bunaken,” kesan Randal yang ditulisnya dalam buku tamu NDC.
Kehidupan bawah laut Bunaken telah lama melewati tantangan waktu dan perubahan-perubahan, sehingga melahirkan bentukan-bentukan tertentu; beberapa di antaranya berwarna; itulah yang menyebabkan jumlah penyelam di Taman Nasional Laut Bunaken terus meningkat, dan sekarang telah dikenal sebagai salah satu lokasi penyelaman penting di Indonesia bahkan dunia.
Taman Nasional Laut Bunaken memang masih baru meski apa yang ada di bawah lautnya sudah terbentuk ratusan tahun yang silam. Alam bawah lautnya menyimpan berbagai jenis terumbu karang dan ikan yang konon tak terdapat di bagian lain dunia.
Kalau ke Bunaken, miskin kesan jika menyaksikan keindahannya hanya dari katamaran dan miskin cerita tentang keindahan taman lautnya yang mempesona itu. Siapa pun ke Bunaken akan puas jika menyelam dan menyaksikan dinding karang tebal yang memiliki birai-birai dan bermacam-macam bunga karang yang tak terhitung jumlahnya. Celah karang yang retak dan berlapis-lapis merupakan tempat perlindungan yang aman bagi penyelam jika secara tiba-tiba arus menguat.
0 comments:
Post a Comment